Friday, August 14, 2009
pengemis kota
meniti hari terik
dengan sepatu kulit telanjang
bibir aspal mencium lekat
menyedot peluh yang mengkristal
singgahi hati satu satu
berharap ada malaikat disana
kemuakan akan wajah wajah dingin
tergilas oleh beratnya beban
telapak keriput membuka
beringsut tanpa malu
diawali dengan tatap harapan
dan berlalu oleh aneka pengusiran
baik oleh lambaian tangan sibijak
atau isyarat muak wajah wajah bisu
terus tanpa lelah mncoba
mencari secuil cinta
ditengah teriknya belantara kota
dimana uang menjadi rajanya
Tuesday, August 11, 2009
tanpa makna
aku marah pada diriku sendiri
sejumput harapan itu kurelakan
berlalu bersama kesedihan
kusakiti diriku untuk kebahagiaan
adilkah ?
apakaha adil itu ?
dari sudut pandang mana ?
hitam menyalahkan putih
sementara putuh takut ternoda dosa
adilkah ?
beban-beban bersusulan
menyalahkan rencana tak terencana
berulang-ulang mengulang
hingga hapal dan terbiasa
menderita tapi tetap bangga
ah hanya sebuah rasa
dari sebuah perasaaan
manis, getir, hampa atau bahagia
tak terwujud tak berwarna
untuk apa ditakutkan ?
hanya linangan air mata
dan bibir-bibir manyun
atau dagu yang tertopang
terpancar dari pandangan kosong
aku menari bahagia
seolah-olah
padahal dihatiku menyesak
oleh air bah kesedihan
tapi untuk apa ?
aku langkahku
hanya boneka
mengikuti dalang
dan lakonku sedang sedih
kulihat jam
dan aku sudah tak muda lagi
sedangkan waktu pulangku
akupun tak tahu
jadi kuputuskan
aku tak mungkin membunuh
biarkan akut terbunuh
oleh rasa bosan dan tindasan
dan aku akan terus menahan mual
dan entah kapan bisa kumuntahkan
anjing, babi, monyet, tai
lonte, teroris, pki, maling
goblok, gila, koreng, kudis
asu,,,,,,,,,,,
aku memaki diriku
dalam hati
Monday, August 10, 2009
mengantuk
mengantuk
bagai terhimpit bukit
dan tertindih gunung
semakin lama semakin berat
terus menahan
dengan sejuta cara
kerahkan daya tersisa
agar tetap terjaga
aku semakin kalut
bergelut dengan kantuk
siring mataku kian meredup
seringnya mulutku ternganga
hoamm,,,,
akupun terus menikmatinya
Monday, August 03, 2009
cemas
kehampaan
entah karena prasangka
atau karena lelah
terabaikan
aku melukis diatas langit
tentang sejuta kebaikan
mungkin salahku fatal
akan tiadanya keikhlasan
tersenyum
tertawa
menyapa
tetap kosong
langkah terus meretas
coba senormal munkin
buang sejuta risau
musnahkan kemarahan
tapi langkah ini apalah artinya
dibanding lingkaran sombong
penguasa penguasa dunia
yang bengis tiada tara
sandaran satu satu mulai lelah
tergoda oleh kemolekan tunas tunas baru
dengan segudang omong kosong
tentang perubahan angin surga
ini aku
yang dulu
kau andalkan
kini mulai kau abaikan
Subscribe to:
Posts (Atom)