meniti hari terik
dengan sepatu kulit telanjang
bibir aspal mencium lekat
menyedot peluh yang mengkristal
singgahi hati satu satu
berharap ada malaikat disana
kemuakan akan wajah wajah dingin
tergilas oleh beratnya beban
telapak keriput membuka
beringsut tanpa malu
diawali dengan tatap harapan
dan berlalu oleh aneka pengusiran
baik oleh lambaian tangan sibijak
atau isyarat muak wajah wajah bisu
terus tanpa lelah mncoba
mencari secuil cinta
ditengah teriknya belantara kota
dimana uang menjadi rajanya
No comments:
Post a Comment